
Semenjak lulus dari
SMP ia kebingungan harus bagaimana. Keinginannya untuk kuliah sangatlah
besar. Namun karena faktor ekonomi ia mengurungkan niatnya, melihat keadaan keluarganya yang
memprihatinkan. Ia bisa lulus SMP berkat seorang donatur yang membiayai ia
bersekolah di salah satu sekolah dekat tempat tinggalnaya. Namun 1 bulan
sebelum pengumuman kelulusan , sang donatur menghadap sang ilahi karena
kompliksai jantung yang di deritanya 3 tahun belakangan ini. Untung sang
donatur telah melunasi pembayaran sekolah Rima secara keseluruhan.
Rima memiliki
3 orang adik, sedangkan ia adalah anak ke-2 dari 5 bersaudara. Ia memiliki
seorang kakak yang tunanetra. Kakaknya adalah seorang yang sudah putus asa akan
keadanaannya. Ia sudah tidak memilki semangat lagi dalam hidupnya. Jadi ia
hanya mengandalkan Rima seorang. Ia tidak mau di rawat oleh saudaranya yang
lain. Jadi Rimalah yang jadi tongkat dalam kesehariaannya, Sesaat sebelum rima
berangkat ke sekolah dan pulang sekolah.
Rima masih memiliki seorang ibu. Namun sang ayah
sudah tiada sejak ia kelas 1 SMP. Sejak saat itu sang ibu mencari nafkah
seorang diri. Setiap hari ibunya bekerja sebagai buruh tanaman singkong milik
Hj fatim. Ia bekerja menjalan kan tugasnya dengan rekan kerjanya mang Ubay.
Namun setelah satu tahun bekerja bersama bu Minah, mang Ubay pun telah berpilang
kehadapan sang pencipta. Ia meninggal ba’da ashar setelah pulang dari kebun Hj
Fatim. Semenjak kepergian mang ubay, sang ibu menjalankan pekerjaan berat itu
sendirian.
Suatu hari sang ibu menyempatkan diri untuk mengobrol
dengan putri tercintanya, di sela waktu makan malam bersama anak-anak
tercintanya. “ Sekarang semuanya
terserah kepadamu Rima, ibu sudah tidak tahu lagi harus bagimana sementara
adikmu Rita sudah tidak di bolehkan masuk sekolah karena menunggak SPP sudah 5
bulan. Begitu juga dengan Risma dan Ridho. Mereka sudah tidak di bolehkan lagi
untuk masuk sekolah sebelum kita melunasi SPP dan biaya seragam mereka.
Seorang Rima yang pintar ini menjadi semakin
bingung. Rasanya aku tidak sanggup melihat ini semua. “ Ayah, aku rindu Ayah.
Aku kasihan pada ibu yang sudah mulai putus asa”, ucap Rima dalam doanya.
Keesokan harinya, Rima memutuskan untuk menggantikan
sang ibu menjadi buruh di kebun singkongnya Hj fatim. Sebelum berangkat ia
menyiapakan sarapan pagi yang tak lepas dari singkong rebus dengan sedikit taburan garam untuk kakak dan adik-adiknya. Setelah itu ia mencuci
pakaian terlebih dahulu. Sang ibuyang tertidur pulas di atas tanah yang beralaskan tikar pandan ia
selimuti dengan kain panjang yang sudah lapuk. Hanya itulah yang ia punya tuk menyelimuti
ia dan kakak dan adik-adiknya secara bergantian. Sarung peninggalan sang ayah
ia gunakan untuk beribadah kepada Allah SWT.
Setelah waktu menunjukkan pukul 06.30 wib adalah
waktunya ia untuk berangkat ke kebun. Dengan semangat jiwa mudanya ia memulai
aktifitas yang tidak semestinya ia lakukan. Tangannya yang mulus sekarang sudah
mulai kapalan. Namun ia tak patah semangat dengan apa yang ia lakukan karena
itu jalan satu-satunya yang harus ia jalani dengan sepenuh hati. Dengan
bermodal caping dan kerudung hijau pemberian Hj Fatim ia terus memacul untuk
menanam batang pohon singkong yang sudah di potong-potong oleh sang ibu kemarin
sore.
Kini aktivitas sang muslimah belia itu tak lepas
dari pacul sabit dan caping yang sudah tidak melindunginya dari panas lagi. Kulitnya
yang sawo matang semakin bewarna gelap. Kini ia tidak terlihat sebagai remaja
17-an, kerja yang berat membuat ia terlihat sudah berumur 20 tahun keatas. Namun tak mengurungkan niat
optimisnya yang suatu saat pasti dapat ia raih yaitu melanjutkan sekolah yang
lebih tinggi lagi.
Setelah 3 tahun bekerja sebagai buruh kebun
singkong, Hj fatim pun tidak tega melihat penderitaan Rima, Ibu dan Saudaranya.
Hj Fatim memutuskan untuk mengajak Rima dan keluarga untuk tinggal bersamanya
di rumahnya yang ukurannya 3 kali dari rumah Rima selama ini. Hj fatim
mendapatkan suami yang bisa di katakan seorang pengusaha sukses di kota Riau.
Berkat kebaikan Hj fatim dan Suaminya, Rima dan adik-adiknya di sekolahkan
kembali oleh mereka.
Tak cukup hanya itu, Hj fatim mempercayakan kebun
miliknya kepada sang ibu dari Rima. Kini Rima sudah merasakan cita-citanya
selama ini untuk melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih lanjut. Setelah
mengikuti paket C, ia lulus dan di terima di salah satu universitas ternama di
daerah Riau dan mendapat beasiswa full hingga lulus S1 Sarjana Pendidikan
Islam.
Kini aktifitas Rima yaitu menjadi guru ngaji di masjid dekat rumah baru Hj
fatim. Selain itu ia juga mengajar di sekolah madrasah ibtidaiyyah tempat adiknya menuntut ilmu. Dan apabila malam ia
mengajar ketiga adiknya dan juga kedua putri kembar Hj fatim. Begitulah setiap
harinya kegiatan sang muslimah.
Hikmah yang dapat kita ambil dari kisah ini adalah
bahwasannya semua yang terjadi di dunia ini tak luput dari penglihatan Allah
SWT. Keikhlasan dan keoptimisan Rima yang tak ada kata menyerah tuk meraih
sebuah impian. Buktinya Rima, seorang muslimah buruh kebun singkong bisa menjadi seorang sarjana berkat keihlasannya dalam
mengolah kebun milik Hj fatim.
Demikianlah kisah ini. Semoga dapat bermanfaat bagi
kita semuanya,, aamiin ya robbal ‘alamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar