Rabu, 16 Oktober 2013

Muslimah 17 Tahun Buruh Kebun Singkong




Sebut saja ia adalah Rima. Seorang siswa berprestasi di kelas semenjak duduk di bangku Sekolah Dasar hingga jenjang Sekolah Menengah Pertama. Pada pertengahan bulan maret tahun 2010 ia sudah mulai ujian praktek untuk  kelulusan.akhirnya pada pertengahan juni ia pun lulus sebagai siswa terbaik dengan nilai ujian tertinggi di sekolahnya.
Semenjak lulus dari  SMP ia kebingungan harus bagaimana. Keinginannya untuk kuliah sangatlah besar. Namun karena faktor ekonomi ia mengurungkan niatnya,  melihat keadaan keluarganya yang memprihatinkan. Ia bisa lulus SMP berkat seorang donatur yang membiayai ia bersekolah di salah satu sekolah dekat tempat tinggalnaya. Namun 1 bulan sebelum pengumuman kelulusan , sang donatur menghadap sang ilahi karena kompliksai jantung yang di deritanya 3 tahun belakangan ini. Untung sang donatur telah melunasi pembayaran sekolah Rima secara keseluruhan.
Rima  memiliki 3 orang adik, sedangkan ia adalah anak ke-2 dari 5 bersaudara. Ia memiliki seorang kakak yang tunanetra. Kakaknya adalah seorang yang sudah putus asa akan keadanaannya. Ia sudah tidak memilki semangat lagi dalam hidupnya. Jadi ia hanya mengandalkan Rima seorang. Ia tidak mau di rawat oleh saudaranya yang lain. Jadi Rimalah yang jadi tongkat dalam kesehariaannya, Sesaat sebelum rima berangkat ke sekolah dan pulang sekolah.
Rima masih memiliki seorang ibu. Namun sang ayah sudah tiada sejak ia kelas 1 SMP. Sejak saat itu sang ibu mencari nafkah seorang diri. Setiap hari ibunya bekerja sebagai buruh tanaman singkong milik Hj fatim. Ia bekerja menjalan kan tugasnya dengan rekan kerjanya mang Ubay. Namun setelah satu tahun bekerja bersama bu Minah, mang Ubay pun telah berpilang kehadapan sang pencipta. Ia meninggal ba’da ashar setelah pulang dari kebun Hj Fatim. Semenjak kepergian mang ubay, sang ibu menjalankan pekerjaan berat itu sendirian.
Suatu hari sang ibu menyempatkan diri untuk mengobrol dengan putri tercintanya, di sela waktu makan malam bersama anak-anak tercintanya.  “ Sekarang semuanya terserah kepadamu Rima, ibu sudah tidak tahu lagi harus bagimana sementara adikmu Rita sudah tidak di bolehkan masuk sekolah karena menunggak SPP sudah 5 bulan. Begitu juga dengan Risma dan Ridho. Mereka sudah tidak di bolehkan lagi untuk masuk sekolah sebelum kita melunasi SPP dan biaya seragam mereka.
Seorang Rima yang pintar ini menjadi semakin bingung. Rasanya aku tidak sanggup melihat ini semua. “ Ayah, aku rindu Ayah. Aku kasihan pada ibu yang sudah mulai putus asa”, ucap Rima dalam doanya.
Keesokan harinya, Rima memutuskan untuk menggantikan sang ibu menjadi buruh di kebun singkongnya Hj fatim. Sebelum berangkat ia menyiapakan sarapan pagi yang tak lepas dari singkong  rebus dengan sedikit taburan garam  untuk kakak dan adik-adiknya. Setelah itu ia mencuci pakaian terlebih dahulu. Sang ibuyang tertidur pulas  di atas tanah yang beralaskan tikar pandan ia selimuti dengan kain panjang yang sudah lapuk. Hanya itulah yang ia punya tuk menyelimuti ia dan kakak dan adik-adiknya secara bergantian. Sarung peninggalan sang ayah ia gunakan untuk beribadah kepada Allah SWT.
Setelah waktu menunjukkan pukul 06.30 wib adalah waktunya ia untuk berangkat ke kebun. Dengan semangat jiwa mudanya ia memulai aktifitas yang tidak semestinya ia lakukan. Tangannya yang mulus sekarang sudah mulai kapalan. Namun ia tak patah semangat dengan apa yang ia lakukan karena itu jalan satu-satunya yang harus ia jalani dengan sepenuh hati. Dengan bermodal caping dan kerudung hijau pemberian Hj Fatim ia terus memacul untuk menanam batang pohon singkong yang sudah di potong-potong oleh sang ibu kemarin sore.
Kini aktivitas sang muslimah belia itu tak lepas dari pacul sabit dan caping yang sudah tidak melindunginya dari panas lagi. Kulitnya yang sawo matang semakin bewarna gelap. Kini ia tidak terlihat sebagai remaja 17-an, kerja yang berat membuat ia terlihat sudah berumur  20 tahun keatas. Namun tak mengurungkan niat optimisnya yang suatu saat pasti dapat ia raih yaitu melanjutkan sekolah yang lebih tinggi lagi.
Setelah 3 tahun bekerja sebagai buruh kebun singkong, Hj fatim pun tidak tega melihat penderitaan Rima, Ibu dan Saudaranya. Hj Fatim memutuskan untuk mengajak Rima dan keluarga untuk tinggal bersamanya di rumahnya yang ukurannya 3 kali dari rumah Rima selama ini. Hj fatim mendapatkan suami yang bisa di katakan seorang pengusaha sukses di kota Riau. Berkat kebaikan Hj fatim dan Suaminya, Rima dan adik-adiknya di sekolahkan kembali oleh mereka.
Tak cukup hanya itu, Hj fatim mempercayakan kebun miliknya kepada sang ibu dari Rima. Kini Rima sudah merasakan cita-citanya selama ini untuk melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih lanjut. Setelah mengikuti paket C, ia lulus dan di terima di salah satu universitas ternama di daerah Riau dan mendapat beasiswa full hingga lulus S1 Sarjana Pendidikan Islam.
Kini  aktifitas Rima yaitu menjadi  guru ngaji di masjid dekat rumah baru Hj fatim. Selain itu ia juga mengajar di sekolah madrasah ibtidaiyyah tempat  adiknya menuntut ilmu. Dan apabila malam ia mengajar ketiga adiknya dan juga kedua putri kembar Hj fatim. Begitulah setiap harinya kegiatan sang muslimah.
Hikmah yang dapat kita ambil dari kisah ini adalah bahwasannya semua yang terjadi di dunia ini tak luput dari penglihatan Allah SWT. Keikhlasan dan keoptimisan Rima yang tak ada kata menyerah tuk meraih sebuah impian. Buktinya Rima, seorang  muslimah buruh kebun  singkong bisa menjadi  seorang sarjana berkat keihlasannya dalam mengolah kebun milik Hj fatim.
Demikianlah kisah ini. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semuanya,, aamiin ya robbal ‘alamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar