Kisah ini terinspirasi dari seorang motivator
muda yang tampan dan berwibawa. Selain sebagai motivator dan konselor, ia juga
seorang pendakwah dan juga pengusaha butik muslimah. Ia sangat pintar dalam
memanage waktu. Apabila pagi ia mengajar dan memberikan motivasi kepada
adik-adiknya (kaum muda) dan ba’da Dhuhur ia melanjutkan dakwahnya hingga
keluar kota jabodetabek. Dan pastinya ia memilki banyak karyawan di butiknya
yang menjadi tempat belanja favorit ibu-ibu majelis ta’lim tempat ia mengajar.
Inilah
yang membuat aku serta orang-orang yang kenal dengannya kagum akan sifatnya
yang menurutku adalah sesuatu yang jarang ku temukan dalam keseharianku. Ia adalah
sosok yang dapat memposisikan dirinya
dalam berbagai kalangan. Sifatnya yang mudah bergaul dengan orang-orang selalu
mempertanyakan dirinya apabila ia tidak hadir dalam forum yang biasa ia
datangi.
Ia adalah sosok yang memiliki spirit yang kuat,
sehingga motivasi yang ia sampaikan membuat orang –orang yang mendengarnya
spontan action olehnya. Ciri khas darinya saat menyampaikan motivasi membuat orang yang mendengarnya tidak tegang
dan bosan. Kecerian dan tawa yang ia hadirkan spontan terjadi bukan karena di
buat-buat.
Dalam berdakwah pun sama. Ia tidak mau di
agung-agungkan dalam istilah kata ia sama seperti lainnya. Ia tidak mau apabila
ada yang memperlakukannya sebagai seorang ustadz yang biasa kita lakukan pada
sang alim. Jadi semua orang yang yang menjadi muridnya baik itu dalam bertaqwa
atau yang sering konsultasi dengannya juga para pelanggan butiknya selalu
merasa nyaman dengan dirinya.
Bang faris memang sosok yang mengutamakan ilmu.
Tak cukup 10 tahun di makkah, ia juga melanjutkan kuliahnya di indonesia. Ia
adalah mahasiswa aktifis kampus di bidang sosial yang semua orang kenal dengan
dirinya karena wibawa dan sifat mudah bergaul yang ia miliki, sehingga ia
terpilih sebagai ketua organisasi tersebut.
Pada suatu hari terjadi peristiwa banjir di
Jakarta tepatnya di daerah Jakarta Barat. Bang faris menunjukkan aksi dengan
peran seorang ketua lainnya. Ia tak pandang jabatannya dalam organisasi itu. Ia
juga tak menghiraukan bahwa ia adalah seorang ustadz yang lulusan Makkah. Ia
memakai seragam yang benar-benar membuat teman-temannya kagum dan kaget akan
hal itu. Biasanya ia berpakaian rapi dengan celana bahan dan kemeja, sekarang
ia memakai celana jeans dan kaos putih polos.
Tanpa pandang bulu, ia tak gengsi tuk mengangkat
beras denga ukuran 25 kg yang jarak dari mobil ke tempat pengungsian itu
lumayan jauh. Hal tersebut ia lakukan hingga mobil yang berisi sembako dan air mineralnya sudah
habis. Sumgguh keteladan sifatnnya membuat semua orang memujinya dengan penuh
kekaguman. Tak jarang aktifis perempuan sering menyebut-nyebut tentang dirinya.
Sudah 2 tahun ini bang faris mentap di
Indonesia. Banyak begitu banyak kegiatan yang ia lakukan tuk mengisi
hari-harinya. Hingga suatu hari ia pun berkata kepada adik-adiknya. “
teman-teman, aku sudah sering sekali memotivasi kalian agar tidak “GALAU”,
namun hari ini aku yang membutuhkan motivasi dari temen-temen semua bagaimana
caranya agar aku tidak “GALAU”. Namun dari awal Dzulhijjah ini aku mulai
merasakan kegalauan yang bmembuat aku ingin menangis.
Spontan aku dan teman-temanku merasa kaget. “bang
faris kenapa, kata salah satu temanku”. Selama ini aku yang selalu memotivasi
orang lain, namun resiko jadi motivator itu lumayan berat. Apabila aku galau
seperti ini apa yang di motivasikan oleh orang lain itu aku sudah tidak bisa
menrimanya.
“ Bisa ku katakan, apa yang di ucapkan oleh
motivator terkenal di indonesia, aku sudah mengetahui kemana arah perkataannya”,
ucapnya dengan muka galau seperti angkatan yang sebaya dengan ku. “Kenapa bang?”
Tanya ady memberanikan diri.
“ Begini kawan, selama hampir 10 tahun aku di
Makkah Almukaromah menuntut ilmu. Dan selama itu pula setiap tahunnya aku
melaksanakan Ibadah Haji. Namun sekarang aku samgat rindu untuk dapat kembali
kesana lagi. Bayangannya selalu menghampiriku sejak awal bulan Dzulhijjah ini ”.
Kalau masalah Umrah, Alhamdulillah aku masih di beri kesempatan dan rezeki sama
Allah SWT untuk melaksanakannya minimal 1 kali setahun. Namun kerinduanku untuk
melaksanakan ibadah haji ini sangatlah berat dan membuat aku Galau. “ Galau Rindu Baitullah”.
Hmm, tersanjung dan mebuat aku dan teman-temanku
mendengarnnya. Begitu besar kerinduannya untuk melaksanakan haji untuk yang
ke-11 kali dalam hidupnya. Haji 10 kali tak cukup baginya tuk menjalankan
ibadah penghapus dosa itu.
Pokonya is the best deh,, to bang faris. Motivasiku
menulis artikel cerpen ini agar aku dan orang yang membaca artikel ini dapat
mengambil hikmah dari sifat dan keteladanan dari mu yang jarang sekali ku temui
di dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar